Selasa, 20 Januari 2009

Malaikat kecilku

Hari ini hari minggu. Seperti hari-hari minggu sebelumnya, aku datang ke gereja lebih awal untuk mempersiapkan ibadah remaja. Ini memang sudah menjadi tugasku sebagai seksi perlengkapan. Pada saat aku sedang menyiapkan OHP, aku melihat ada seorang anak perempuan yang datang dan langsung duduk di pojok belakang. Aku tak pernah melihat anak ini. Aku pun tak berani menyapanya. Namun pada minggu-minggu berikutnya, aku melihat dia begitu rajinnya datang lebih awal dan duduk di tempat yang sama. Aku kemudian memberanikan diri untuk menyapanya. Namun pada saat aku mengulurkan tanganku, dia malah menampiknya. Aku pun menjadi kesal dan meninggalkannya.

Pada minggu selanjutnya, aku bertanya pada Pembina komisi ku. Dan dia pun menjawab bahwa anak itu ternyata bisu dan dia ga berani buat deket-deket ama orang karena di gerejanya yang dulu dia sering diolok-olok.

Aku mengerti. Namun keinginanku untuk mendekatinya semakin besar. Pada minggu berikutnya aku pun kembali mendekatinya dan mengajaknya kenalan. Melihat niat baikku dia pun membalas salamanku. Kemudian dia mengeluarkan secarik kertas dan menulis namanya di sana. N-A-T-H-A-N-I-A. Itulah namanya. Kemudian aku pun mengajaknya untuk berkenalan dengan teman-teman yang lain.

Minggu berganti minggu,bulan berganti bulan,dan tahun berganti tahun. Kami menjadi sangat akrab. Aku dan dia banyak mensharingkan tentang kehidupan kami masing-masing, mensharingkan tentang apa yang kami dapat di ibadah tiap minggunya. Aku pun berjanji padanya akan selalu ada di sampingnya dan akan menjadi sahabat sejatinya.

Pada suatu minggu, aku tak melihatnya di gereja. Aku terus menunggunya namun sampai ibadah selesai pun aku tak melihatnya. Aku pun bertanya pembina komisi, namun jawaban yang kudapat sangat mengecewakan. Pembina kami tidak memiliki data yang akurat mengenai Nathania. Namun aku tak putus asa. Aku mencari tahu dimana gerejanya yang dulu. Aku pergi ke sana dan Puji Tuhan aku mendapatkan alamatnya.

Jln. Bunga LR 8 / No. 3C. Begitulah yang tertulis di kertas ini. Rumah ini kelihatan sangat lusuh. Rumah ini terbuat dari kayu namun kayu-kayunya pun kelihatan sudah sangat lapuk. Tanpa pikir panjang aku pun mengetok pintu rumah itu. Yang membukakanku seorang wanita setengah baya yang akhirnya kuketahui adalah mama Thania. “Mau cari siapa Mba?” tanyanya. Aku pun bertanya, “Apa benar ini rumah Nathania? Aku adalah sahabatnya. Sudah beberapa minggu aku tak melihatnya di gereja.” Kemudian wanita itu pun menangis. Dia pun membawaku ke sebuah ruangan. Aku sangat terkejut. Di sudut ruangan itu aku melihat Thania sedang berbaring tak berdaya. Dia terbaring di lantai hanya beralaskan kardus bekas. Wajahnya sangat pucat. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah “Tuhan,apa benar dia Thania, sahabatku yang ceria???”

Lalu mama Thania membawaku ke ruangan lain. Dia pun mulai bercerita tentang Thania sambil terus menangis. “Thania adalah seorang anak yang lucu,ceria,dan lincah. Dia sangat senang menyanyi. Dia juga sering diajak anak tetangga untuk menyanyi bersama. Tapi suatu hari, ayah Thania yang adalah seorang pelaut, pulang dalam keadaan mabuk berat. Ketika itu juga Thania datang mendekatinya dan ingin memeluknya. Tapi tak disangka, dia malah mendorong Thania hingga jatuh. Kepala Thania pun membentur keras ke tembok. Saat itu Thania langsung tak sadarkan diri dan dari kepalanya darah terus mengucur. Ibu langsung mengangkat Thania dengan maksud ingin membawanya ke rumah sakit, namun ayahnya melarang. Ayah Thania bilang kalo ibu berani melangkahkan kaki ibu keluar dari rumah itu maka untuk selamanya ibu tak usah lagi kembali ke rumah itu. Karena melihat keadaan Thania yang sudah sangat parah, ibu pun langsung lari keluar rumah dan membawa Thania ke rumah sakit. Setelah Thania diperiksa, dokter pun memberi tahu ibu kalo keadaan Thania memang sangat parah. Thania mengalami pembekuan darah di kepalanya dan juga dia mengalami shock yang sangat berat. Dan mulai dari sana, Thania mengalami kebisuan. Tiap bulan dia harus dibawa check up ke rumah sakit. Untung saja ada sanak saudara kami yang bersedia membantu meringankan beban ibu. Ibu sangat bangga memiliki anak seperti Thania. Dia tidak pernah menyalahkan ayahnya. Dia bilang ayahnya ga bersalah, karena saat itu ayahnya lagi mabuk. Dia mau memaafkan ayahnya, krn menurut dia Tuhan Yesus saja mau memaafkan setiap orang yang bersalah padaNya, mengapa Thania tidak. Dia benar-benar anak yang luar biasa.” Aku sangat terharu mendengar semua cerita mama Thania. Thania memang selalu menceritakan apapun kepadaku tetapi mengenai kebisuannya tak pernah diceritakannya padaku. Kemudian ibu Thania melanjutkan ceritanya, “Dulu Thania juga memiliki seorang teman dekat. Thania menceritakan perihal kebisuannya. Namun di luar dugaan, temannya itu malah menceritakaannya kepada teman-teman yang lain. Thania jadi sering diejek. Namun Thania tetap sabar.” Aku pun bertanya mengapa Thania pindah gereja, apa dia kepahitan sama teman-temannya itu. Tapi ibunya berkata, “Saat Thania mau pindah gereja, dia bilang sama ibu kalo dia sudah menghambat pertumbuhan rohani teman-temannya. Ia membuat teman-temannya semakin jatuh dalam dosa, jadi lebih baik dia pindah saja.” Sungguh Thania adalah sosok yang luar biasa. Aku sangat kagum dan bangga sama dia. Seorang gadis remaja dengan segala kekurangannya yang bisa membuat dia bersungut-sungut sama Tuhan, namun tak dilakukannya. Dia selalu mengucap syukur. Saat ini hidupnya tidak akan lama lagi. Dokter memprediksikan kalo Thania hanya dapat bertahan 1 minggu lagi. Pembekuan darah di kepalanya sudah semakin parah

Setiap hari aku datang menjenguknya,menceritakan kepadanya apa saja yang aku alami sepanjang hari. Aku pun berjanji akan menemaninya sepanjang sisa hidupnya yang tinggal seminggu.

Tetapi sungguh di luar dugaan. Apa yang Tuhan kehendaki lain. Di hari yang ke-4 aku menemaninya, dia pergi meninggalkanku dan ibunya. Dia sempat membuka matanya sejenak dan tersenyum kepadaku dan kepada ibunya. Dia kelihatan sangat bahagia. Aku pun tersenyum padanya. Aku merelakan kepergiannya. Aku tahu, Tuhan sudah menyediakan tempat yang terindah buat Thania. Tempat dimana dia bisa lebih mengekspresikan dirinya. Tempat dimana dia bisa mamaksimalkan talentanya. Aku benar-benar bersyukur dia pernah hadir dalam hidupku. Dia mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Dia benar-benar seorang gadis yang luar biasa. Thanx Nath buat semua yang udah kau ajakan padaku. Engkau selalu ada di hatiku. Aku menyayangimu malaikat kecilku. Selalu dan tak pernah lenyap di hatiku

Tidak ada komentar: